“Jakarta…Jakarta..tinggal
satu bis lagi yang mau ke Jakarta. Ini bis paling malam menuju Jakarta. Ayo.. yang mau ke Jakarta!”, suara
seorang kondektur begitu nyaring
terdengar, meramaikan suasana di terminal malam yang sebenarnya sudah sangat
sepi. Dan perhatian Sarah tertuju pada sang kondektur.
“Mau
ke Jakarta, Neng?”, tanya kondektur itu menghampiri Sarah.
Sarah
tidak menggubrisnya. Ia sekarang sedang memperhatikan bis terakhir menuju
Jakarta. Tampak sudah penuh dijejali orang, tapi kondektur itu masih juga
menawarkan tumpangan kepada yang lainnya.
“Woy..Neng!!”,
tegur si kondektur karena Sarah tidak menjawab tawarannya tadi.
“Eh..iya
, Mang! Ini bis terakhir kan?”
“Iya,
Neng. Kalau jam segini biasanya udah ngga ada bis lagi. Paling kalau neng ngga
mau ikut bis ini, neng harus nunggu ntar sampai pagi.”
Sarah
malah terdiam dibuatnya.
Gila, desek-desekan kayak gitu dari Yogya ke Jakarta.
“Ya
udah neng, kalau mau nginep di terminal, kita mau pergi sekarang, udah penuh!”
“Eh
iya deh mang, saya naek.”
Terkemabang
senyum di wajah kondektur yang kelelahan. Ia lalu membawakan tas besar bawaan
Sarah. Sarah sendiri mulai menghampiri bis.
Berada
di dalam bis jauh lebih buruk dari yang diihat Sarah dari luar tadi. Bis
benar-benar sesak dan banyak penumpang yang bergelantungan.
Kayaknya gue juga mesti gelantungan gitu.
Tapi
baru saja Sarah berpikir begitu. Dilihatnya sebuah kursi kosong, dan di
sebelahnya duduk seorang cowok.
Cakep banget!
Sarah
celingukan melihat orang – orang.
Mereka buta ya? Ada kursi kosong tapi kok ngga ada
yang mau duduk. Mana temen duduknya mantep gitu.
Secara
perlahan Sarah menghampiri bangku tadi.
“Boleh
duduk di sini?”, tanya Sarah ragu. Dan si cowok mendongak ke arahnya. Ia hanya
tersenyum dan mengangguk.
Haha..kalau kayak gini situasinya, sepanjang jalan gue
ngga akan kecapean nih…
“’Kenapa,
Mbak?”, sapa cowok itu melihat Sarah nyengir sendiri.
“Eh?
Ngga kenapa – kenapa kok! Jangan manggil mbak ya, panggil Sarah aja, Mas!”
“Jangan
panggil Mas ya! Panggil Danu aja, Sarah!”, balas cowok yang bernama Danu itu
sambil tertawa geli. Sarah jadi kikuk. Tapi kemudian mereka tertawa bersama. Dan
anehnya orang – orang dalam bis itu sepertinya tidak ada yang terganggu karena
gelak tawa mereka yang terdengar sedikit aneh.
“Kita
ini konyol banget ya?”, kata Sarah.
“Kita?
Kamu aja kali..”
“Eh?
Iya deh aku yang konyol.”
“Hahaha!”,
mereka kembali tertawa.
Aduh mama..greget deh ngeliat senyum cowok ini. Kok
ganteng banget sih? Huahaha, gue jadi pengen cepet kawin kayak Kak Laras nih. Hahaha.. aduh mama
mimpi apa ya gue ampe ketumu cowok secakep ini?
“Kok
cengengesan lagi?”, lagi – lagi Danu menegur Sarah yang melakukam tindakan
bodoh. “Hobi ya?”, lanjutya lagi.
Sarah
hanya nyengir ditanya seperti itu. Danu tersenyum aneh. “Hm..hobi yang aneh.
Eh, ngomong – ngomong kamu dari mana? Malam – malam begini naek bis
sendirian..”
“Kakakku
baru aja nikah. Tapi aku harus balik ke Jakarta. Aku kuliah disana.”
“Kenapa
malam begini, ngga besok aja?”
“Besok
aku ada kuis siang harinya. Takut ngga sempet kalau pulang pagi.”
“Kamu
pulang sendrian aja?”
“Iya!
Orang tuaku masih disini.”
“Ngga
minta temenin pacar?”
“Ah,
aku sih ngga punya pacar. Tapi kalau kamu mau, boleh aja. Hehehe!”, Sarah
dengan lancar menjawab pertanyaan Danu. Danu terdiam dibuatnya. Aneh sepertinya
melihat Sarah yang selalu betingkah konyol tapi membuatnya agak geli. Sarah
langsung terdiam melihat ekspresi Danu.
“Cuma
bercanda, maklum kalau lagi cape aku emang suka bercanda berlebihan kayak
barusan. Hehee.. maaf ya!”
Danu
hanya tertawa geli mendengarnya.
Dasar Sarah idiot! Ngomong apa sih gue?
Sarah
menghujam dirinya sendiri yang melakukan tindakan konyol untuk yang kesekian
kalinya.
“Kamu
tuh lucu banget sih. Aku kayaknya bakalan seneng punya temen deket kayak
kamu…”, aku Danu.
“Wah,
oh ya? Sama dong, aku juga bakal seneng kalau kamu jadi temen deket aku,
ganteng sih. Ups!”, Sarah langsung menutup mulutnya. Lagi – lagi Danu tertawa
geli karenanya. Dan muka Sarah mulai memerah.
“Kita
temenan? Ok?”, Danu mengulurkan tangannya dan sesegera mungkin Sarah menyambar
tangan Danu untuk membalas uluran tangan yang ia harapkan dari tadi.
“Tangan kamu dingin banget, grogi ya kenalan sama
aku? Hehehe..”
“Hahaha!”,
Danu hanya tertawa mendengarnya.
Dalam
beberapa saat mereka masih asyik mengobrol. Tapi kini mereka dalam diam. Danu
terus menatap ke depan dengan ekspresi dingin dikala diam. Pandanganya terasa
sunyi. Sarah diam – diam sering melirik ke arahnya.
_Yan, gue lagi di bis nih, mau balik ke Jkt.
Gila ya…cowok yang duduk di samping gue ganteng banget. –send-
Sarah
mengirim sms pada Yanti, sahabatnya. Dan tidak lama kemudian ada balasannya.
_wah, gue jd khawtir sama lo. Lo kan suka
rada kumat kalau ketemu cowok ganteng. _
_Kurang ajar lo. Lo ngga akan nyangka, gue
dah ngobrol banyak sama dia. Tapi sekarang gue lagi abis bahan obrolan. Ada
saran?_
_Bgs donk! Tp pasti tingakah lo konyol. Gue yakin! Eh,
lo dah tanya nama dia blm? Sganteng apa sih sampe lo semangat banget sms gue.
Dah malam tau!_
_Hahaha! Sarah gitu loch! Namanya Danu. Mm..sganteng
apa? Pokoknya ganteng banget. Tipe gue banget deh. Mantap. Hehe.._
“Asik
banget sms-annya..”, tegur Danu tiba-tiba.
“Eh?
Hehe..”, Sarah langsung menyembuyikan HP-nya. “Ngasih kabar ke pembantu di
rumah aku mau pulang malam ini.”
“Oh,
kayaknya akrab banget sama pembantunya.”
“Iya!”,
ujar Sarah polos.
Bisa mati gue kalau si Yanti tahu gue bilang dia
pembantu gue. Bisik hati
Sarah.
“Eh,
Dan ! kamu ke Jakarta ada urusan atau emang tinggal disana?”, Sarah membuka topik
lagi.
“Sebenarnya
aku sendiri ngga tahu pasti..”
“Lho?
Aneh!”
Danu
tersenyum. “Iya, jadi aku tuh kadang tinggal disana, tapi ngga lama kemudian
bisa aja ada di lain tempat. Tergantung
keinginan hati. Kalau aku pengen ke Jakarta, ya aku di sana. Kalau ngga
mau, tinggal pergi lagi.”
“Wah,
kayak petualang gitu maksud kamu? Emang kamu ngga kuliah atau kerja gitu?”
“Sebenarnya
aku pengen kuliah, tapi ngga bisa. Dan aku juga pengen bisa netap di suatu
tempat aja.”
“Oh!
Kalau gitu kamu netap di Jakarta aja!”
Danu
melirik Sarah dengan tatapan dingin. Jantung Sarah jadi berdebar dibuatnya. Dan
Danu tersenyum.
“Supaya
aku bisa sering ketemu lagi sama kamu?”, tanya Danu. Sarah tersenyum malu
niatnya terbaca oleh Danu.
Sarah
membetulkan kardigannya. Udara terasa begitu dingin dirasanya. Padahal di dalam
bis sangat sumpek. Mungkin karena cuasa malam hari.
“Kok
udaranya dingin gini ya? Pantesan tadi tangan kamu dingin banget, tangan aku
juga mulai dingin.”
“Tanganku
dingin bukan karena udara kok!”, kata Danu datar, sejenak membuat Sarah takut.
“Kan, grogi kenalan sama cewek selucu kamu..”’, lanjut Danu kemudian.
“Hehehe!”,
Sarah tersenyum jadinya. “Eh, mau tuker nomer HP?”, tawar Sarah.
“Ngga
usah! Nanti kalau pengen ketemu lagi, aku bisa nemuin kamu kapan pun kok.”
“Masa
sih? Gimana bisa?”
“Ngga
percaya? Liat aja ntar. Kita pasti bisa ketemu lagi. Biar lebih menantang. Jadi
ngga usah tukeran nomer dulu. Gimana?”
“Hoeaaahhm!
Iya deh!”, ujar Sarah sambil menguap. Rasa kantuk mulai menghinggapinya. Matanya mulai terasa
berat. Sejenak ia melihat sekeliling. Banyak penumpang lain yang tertidur.
Bahkan ada dalam posisi bergelantung.
Dan hal terakhir yang dilihat Sarah sebelum ia benar-benar tertidur adalah
senyuman Danu yang menurutnya sangat manis.
Setelah
itu Sarah benar-benar tertidur lelap. Dan tak terasa sudah sampai di terminal
bis Jakarta.
“Neng,
bangun! Udah sampai!”, seorang kondektur membangunkan Sarah. Sarah pun mulai
tergugah.
“Hoeaaahhm!”,
sesekali ia masih menguap. Dan tak lama, ia mulai benar-benar sadar. Tapi Sarah
bingung melihat posisi duduknya. Ia terduduk di lantai bis bersender pada
sebuah kursi.
“Wah,
Mang! Bangunin sih bangunin, tapi ngga usah mindahin saya ke bawah dong!”
“Yee..
siapa yang mindahin situ? Semalem juga neng tidur berdiri kok.”, sangkal si
kondektur.
“Hah?
Saya duduk kok!”
“Yaelah
si Neng, dari berangkat juga ini bis udah penuh. Gimana mungkin neng bisa
duduk. Kan neng penumpang terakhir. Udah ah, bayar ongkosnya!”
Sarah
membayar ongkosnya dan keluar dengan perasaan bingung.
“Danu
kemana? Apa gue cuma mimpi?”, gumamnya.
“Bukan
mimpi, Neng! Semalem neng emang ketemu sama dia. kebetulan dia lagi ikut. Saya
tahu kok. Selama saya nyupir, saya liat neng ngobrol sama dia dari spion
sesekali.”, ujar supir bis yang tiba-tiba muncul dan mengagetkan Sarah. Supir
itu tersenyum.
“Dia
bukan manusia lagi, Neng! Dia calon mahasiswa yang dulu ketabrak bis ini. Dan
udah lama dia sering numpang di bis ini.”
“Hah??
Hantu maksudnya?”, Sarah nampak tak percaya. Dan si supir hanya mengangguk.
Sarah pun mematung. Sementara di
sudut bis, Danu memperhatikannya.
****
Yanti Kusmayanti
Bandung, 24 Februari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar